Loading

May 3, 2012

Budidaya Kelapa Sawit



1.     Syarat Tumbuh
§  Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang tahun.
§  Suhu optimal 26°C.
§  Kelembaban rata-rata 75 %.
§  Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasidan draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas.
§  pH tanah antara 5,5 - 7,0.

2.      Pembibitan
Pembibitan adalah awal mula benih ditanam di Pembibitan sebelum berproduksi di lapangan. Untuk mendapatkan tanaman dengan produksi yang baik dan masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yang lebih singkat maka pengelolaan Pembibitan perlu dipersiapkan dengan cermat dan dirawat dengan baik.
Pengadaan bibit sawit dapat dilakukan dengan cara pembibitan pada kantong plastik atau dengan cara putaran/cabutan. Pembibitan dengan cara kantong plastik sangat praktis pada waktu pemindahan.


Pada bibit yang segar pemotongan akar dapat dilakukan 4 minggu sebelum ditanam dan bibit dapat diputar.  Bibit putaran sebaiknya dibungkus dengan daun pisang kering atau daun kelapa untuk mencegah pecahnya tanah pembungkus dan untuk memudahkan pengangkutan.
Tinggi bibit yang baik untuk ditanam adalah 70 – 180 cm dengan umur 12 – 14 bulan. Bibit yang tingginya kurang dari 70 cm akan mengurangi produksi, dan bila lebih dari 180 cm produksi tidak lebih baik dari 70 – 180 cm. Sedangkan bibit yang berumur kurang dari 6 bulan tidak tahan terhadap hama penyakit dan bila lebih dari 14 bulan maka akan memakan biaya tanam lebih besar dan waktu tanam yang lebih lama.
Luas areal penyiapan lahan kelapa sawit setiap tahun selama masa pembangunan rata-rata seluas 1.000 - 1.400 ha/thn.
a.       Seleksi Lokasi Pembibitan
Lokasi harus memenuhi persyaratan antara lain :
§  Datar sampai agak bergelombang, dekat sumber air permanen dan bebas dari banjir.
§  Terdapat cukup top-soil untuk mengisi polybag dan tidak terlindung pohon-pohon besar di sekitarnya.
§  Berlokasi sedapat mungkin di tengah blok pengembangan guna menghemat biaya transportasi  bibit ke areal penanaman.
b.       Produksi Bibit Polybag
Beberapa hal yang diperhatikan dalam memperhitungkan jumlah kecambah yang dibutuhkan di pembibitan antara lain :
§  1 (satu) ha lahan penanaman memerlukan 139 bibit siap tanam, yaitu 136 bibit untuk penanaman dan 3 bibit untuk sisipan.
§  Daya tampung 1 (satu) ha main-nursery adalah 16.000 bibit dan mampu menghasilkan bibit siap tanam 12.000 bibit.
§  Rata-rata kebutuhan bibit
§  untuk areal tanaman seluas 1.000 – 1.400 ha/tahun adalah sebanyak 136.000 – 190.400 bibit.
Kegiatan tanaman di main-nursery perlu dilakukan secara hati-hati, terutama pada hari hujan perlu dihindari kelebihan maupun kekurangan air.
Untuk dapat memberantas hama dan penyakit dengan tepat waktu, ketersediaan obat-obatan seperti Sevin atau diphterex, Dithane, Captan dan Decis perlu tersedia di gudang pembibitan.
Seleksi dan culling (membuang) bibit-bibit yang menyimpang perlu dilakukan terus-menerus dan dikerjakan dengan hati-hati. Hal ini perlu dilakukan guna mengurangi “transplating shock” pada saat penanaman lapangan dapat dilaksanakan dengan mengangkat dan memutar 180° bibit polybag di main-nursery 4 minggu menjelang penanaman lapangan.  Bibit polybag harus diberi air siraman cukup pada hari pertama.
Bibit polybag siap tanam pada umur 9 bulan dan penaman polybag siap tanam pada umur 9 bulan dan penanaman perlu diusahakan agar umur bibit tidak melewati 11 bulan.
3.     Penyiapan lahan (Land Clearing)
Land clearing dilakukan pada lahan perkebunan, dengan memperhatikan peraturan yang berlaku, seperti tidak menebang land clearing pada sungai besar (100 m di tepi kanan dan kiri sungai yang memiliki lebar sungai > 50 m), sungai kecil (50 m di tepi kanan dan kiri sungai yang memiliki lebar sungai < 50 m), cagar budaya,  daerah mata air (radius 200 m) dan sebagainya.
Kegiatan pembukaan lahan semi mekanis dilakukan untuk pekerjaan imas dan pencacahan cabang dan ranting dilakukan dengan memakai tenaga mekanis (alat berat).  Adapun tahap-tahap pembukaan lahan adalah sebagai berikut :
a.  Tahap I
Tiga bulan sebelum pembukaan hutan dilakukan pembuatan rintisan disertai pengukuran dan bloking dan disusul dengan pembuatan jalan utama dan jalan blok. Pembagian tersebut sangat berguna untuk menentukan penebangan hutan dan pengawasan pekerjaan. Pelaksanaan pembukaan hutan harus atau sebaliknya dilakukan pada musim kering.
b.  Tahap II
Setelah jalan blok selesai diukur dan dibuat, maka langkah selanjutnya pengimasan untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya.  Pohon-pohon kayu yang berdiameter lebih kecil dari 10 cm ditebas, sedangkan yang berdiameter lebih besar dari 10 cm ditebang dengan kapak atau gergaji rantai bermesin (chain saw).
c.   Tahap III
Setelah imas selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan penebangan. Pekerjaan ini dilakukan dengan chain saw, tetapi untuk dapat mempercepat pekerjaan penumbangan dapat dilakukan dengan memakai alat-alat berat (buldozer), baru kemudian batang primer dipotong dengan chain saw.  Adapun tinggi penebangan pohon adalah sebagai berikut :
§  Diameter 10 cm, dipotong rata dengan permukaan tanah
§  Diameter 11-20 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 30 cm
§  Diameter 21-30 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 60 cm
§  Diameter 31-75 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 90 cm
§  Diameter 76-150 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 150 cm.
Setelah selesai penumbangan batang, maka dahan dan ranting dipotong dengan panjang maksimum 5 m, kemudian dirumpuk menurut barisan yang teratur. Kayu gelondongan yang berguna bisa dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan seperti pembuatan gorong-gorong, bahan baku perumahan karyawan dan sebagainya.
d.  Tahap IV
Sisa gelondongan kayu yang tidak terpakai selanjutnya dirumpuk dan diatur memanjang dari Utara ke Selatan agar mudah dikontrol. Jarak antar rumpukan antara 32 – 33 meter atau antara 15 – 16 meter, sehingga dalam satu hektar akan diperoleh 3 – 6 rumpukan. Diharapkan rumpukan kering dapat dirambati LCC dan tinggi rumpukan tidak lebih dari 100 cm.
e.   Tahap V
Tahap akhir dari penyiapan lahan adalah penghancuran sisa-sisa cabang dan ranting dengan memakai traktor yang dilengkapi dengan garu dan rotary blade, apabila tidak mungkin dengan traktor dapat mempergunakan dozer atau exavator, sedangkan sisa kayu yang tidak dapat hancur dirumpuk.
f.     Terras
Sebagai usaha konservasi tanah pada lahan yang memiliki derajat kemiringan lebih dari 30 persen, dibuat terras tapak kuda pada tempat penanaman kelapa sawit.
g.  Penanaman Cover Crop
Penutup tanah kacangan (LLC) ditanam dengan intensitas 4 kg bibit untuk jenis Peureria javanica, 4 kg untuk jenis Callopogonium muconoides 2 kg untuk jenis Centrocema pubens per Ha. Menjelang ditanam bibit kacangan perlu dicampur dengan “rhizobium culture” 10 gram per 10 kg bibit guna menjamin pertumbuhannya.
Sebanyak 14 kg per Ha pupuk rock phosphate (Rp) diperlukan pada saat penanaman bibit LCC dan 6 bulan setelah penanaman diberikan lagi 128 kg Rp dengan cara ditebar, kemudian guna lebih mempercepat pertumbuhan LCC, 40 kg per Ha pupuk CF 15.15.6.4 diberikan setelah 3 bulan penanaman.
Diperlukan penyiangan selektif dengan waktu 10 hari sampai 2 minggu yang kemudian dapat diperpanjang sampai 4 – 8 minggu.  Pembasmian alang-alang perlu dikerjakan dengan jangka waktu 2 minggu setelah tahun ke 2 setiap bulan.
4.     Penanaman
Pelaksanaan kegiatan penanaman erat kaitannya dengan ketersediaan air tanah, sehingga kegiatan pada awal musim hujan merupakan waktu yang paling baik.  Penanaman pada musim kemarau akan memakan biaya penyediaan air dan rendahnya kadar air akan menyebabkan kematian tanaman.  Waktu penanaman yang baik adalah 10 hari sebelum musim hujan.
Penanaman lapangan disarankan antara bulan September s/d Juni. Susunan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman dan selanjutnya akan menentukan produksi tanaman  kelapa sawit. Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman tanaman penutup tanah kacangan, dan  (c). Penanaman Kelapa sawit.
a.    Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.
Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih.
b.    Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu  sebelum penanaman agar tanah yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga  terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak dianjurkan.
Jarak  tanam  yang  digunakan untuk kebun arah Utara-Selatan 8 m dan arah Barat-Timur 9,2 m. Pembuatan lubang tanam dilakukan 2-3 bulan sebelum penanaman. Ukuran lubang tanam ditentukan oleh umur bibit yang akan ditanam, terutama pertumbuhan akar dan tekstur tanah kebun yang akan ditanami.
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, atau 60 x 60 x 40 cm, ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah utara dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras kolektif.
c.    Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
5.     Pemeliharaan
Rencana kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu meliputi pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM).
a.     Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan pada pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi :
§  Penyulaman atau Penyisipan
Penyulaman (penyisipan) tanaman kelapa sawit yang mati diganti dengan tanaman baru, demikian pula dilakukan pada tanaman yang kurang baik pertumbuhannya. Penyulaman tanaman yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan 3 bulan sampai dengan 15 bulan setelah ditanam.
§  Pemupukan
            Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan berguna untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang terterdapat di dalam tanah. Dosis pemupukan yang dilakukan selama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel IV-7 Adapun waktu pemupukan dilakukan pada awal musim penghujan dan biasanya dilakukan dua kali dalam satu tahunnya. 
Tabel IV-1.       Dosis Pupuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tahun
Umur Tanaman
(Bulan)
Dosis (gr/thn)
NPK
Compound
15 : 15 : 6 : 4
NPK
Compound
12 : 12 : 17 : 2
MOP/KCL
TSP
HGFB
1
1
250
-
-
300
-
5
500
-
-
-
-
10
800
-
-
-
-
2
15
-
1.100
-
-
60
20
-
1.200
-
-
-
3
20
-
1.300
600
-
60
30
-
1.400
1.000
-
-
§  Pengendalian hama dan penyakit tanaman
            Hama yang sering menyerang perkebunan kelapa sawit adalah serangan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), Apogonia sp. Belalang (Valanga nigricornis), Ulat Api, serta hama utama adalah babi hutan dilakukan dengan pagar jerat kawat dan menggunakan patok tunggal, yaitu dengan cara menancapkan potongan kayu bulat sepanjang ± 1 m mengitari pokok tanaman kelapa sawit. Kebutuhan setiap pokok tanaman kelapa sawit anatara 12 sampai 16 potongan kayu bulat.  Serangan hama yang berupa ulat api atau ulat kantong yang sering menyerang daun kelapa sawit dibasmi secara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida dengan konsentrasi 0,1 – 0,2%.  Untuk hama belalang dapat diatasi dengan insektisida jenis Anthio dengan dosis 0,1 liter per ha. Namun penyemprotan dengan insektisida dilakukan apabila populasi hama sudah tinggi atau digunakan bila cara-cara lain tidak dapat dilakukan.
            Pengendalian gulma merupakan upaya membersihkan tanaman pengganggu baik berupa tanaman rumput maupun tanaman berkayu. Pemberantasan gulma terutama dilakukan pada piringan tanaman.  Selain dilakukan secara manual dengan cangkul, dilakukan pula secara kimia dengan pemberian herbisida dosis  1-2 liter/ha/6 bulan.  Untuk tanaman jenis pakis digunakan herbisida dengan dosis 1 gr bahan aktif/600 liter air/ha dengan frekuensi 3-6 bulan sekali.
            Penanggulangan hama dan penyakit yang sangat dianjurkan adalah melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995 tentang perlindungan tanaman yang dilakukan melalui PHT. Penerapan PHT ini pada prinsipnya melakukan tindakan sistem pengamatan dini ‘Early Warning System’. Informasi yang diperoleh dari sistem peringatan dini adalah menetapkan tindakan pemberantasan pada saat yang paling tepat, namun sebelum diupayakan melalui pencegahan.
            Tindakan pemberantasan/pencegahan dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
Ø  Cara Eradikasi
            Beberapa usaha yang dapat dilakukan seperti pengumpulan ulat daun, pembongkaran tanaman rusak atau pemotongan bagian daun yang sakit, mengumpulkan dan membakarnya. Membunuh juga pembersihan kebun dan lingkungannya untuk mengendalikan tanaman dari hama maupun penyakit.
Ø  Cara Biologis
            Dengan menggunakan binatang/organisme predator sebagai musuh alami dari hama. Seperti burung hantu sebagai pengendali populasi tikus, karena burung hantu dapat memangsa 5 ekor tikus dalam satu malam. Untuk mengontrol setiap 500 ha cukup dipelihara sepasang burung hantu.
Ø  Cara Kimiawi
            Usaha pemberantasan dengan cara chemis yaiu mempergunakan insektisida, fungisida, bakterisida, nematisida dan sebagainya dilakukan apabila cara-cara pencegahan lain sudah tidak bisa dilakukan lagi. Namun dalam pelaksanaannya perlu kehati-hatian dalam penggunaan bahan kimia agar tidak ada efek sampingan, baik kepada manusia maupun kepada lingkungan.
            Penyakit tanaman kelapa sawit yang sering menyerang adalah penyakit Crown disease, spear rot, busuk tandan (Maramsmius palmivorus) dan busuk pangkal batang (Ganoderma boninensis). Cara memberantasnya dengan menggunakan fungisida. Sedangkan penyakit Crown desease terutama menyerang pada areal yang baru tanam yang diakibatkan penyesuaian tanaman dengan lingkungan lapang. Penyakit fisiologis ini akan hilang apabila tanaman sudah menginjak umur satu sampai dua tahun. Pengendalian dilakukan melalui pemupukan berimbang.
§  Pemangkasan pelepah tua
            Pemangkasan pelepah tua dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan panen, mengurangi perintangan penyerbukan, merangsang pertumbuhan tandan buah, mempermudah penyinaran dan sirkulasi udara serta mempermudah distribusi harake bagian yang produktif. Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang mulai berbunga sebagai pemangkasan pendahuluan, selanjutnya dilakukan periodik apabila tandan masak di bagian bawah ≥ 65 cm dari permukaan tanah. Rotasi pemangkasan dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan alat dodos.
§  Pemeliharaan piringan dan jalan panen
Seringkali piringan tempat pupuk disebarkan, dipenuhi oleh gulma dan cover crops. Untuk itu perlu pemeliharaan dan pembersihan secara berkala dengan tenaga manual.
§  Kastrasi
            Kastrasi dilakukan pada tanaman kelapa sawit muda yang baru berbunga, terutama pada tanaman yang telah berumur 1 bulan sampai 23 bulan. Kastrasi dilakukan pada semua bunga pertama, hal ini dilakukan untuk memperpanjang masa vegetatif. Cara yang digunakan adalah dengan memotong semua bunga dengan alat dodos.
b.     Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pada prinsipnya pemeliharaan tanaman menghasilkan tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan TBM. Penekanan pemeliharaan ditujukan pada sistem pemupukan, penanggulangan gulma, dan penyakit serta pemeliharaan jalan dan saluran drainase/parit.
§  Pemupukan
            Pemupukan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan rekomendasi setempat serta berdasarkan hasil penelitian. Pedoman pemupukan pada tanaman kelapa sawit untuk tanaman menghasilkan yaitu sebagai berikut :
Ø  Urea                                :  1 kg/pokok/tahun
Ø  NPK 12 : 12 : 17 : 2          :  1 kg/pokok/tahun
Ø  HGF Borate                    :  0,05 kg/pokok/tahun
Ø  SP36                                 :  1 kg/pokok/tahun
§  Penanggulangan Gulma, Hama Dan Penyakit
            Penanggulangan gulma pada piringan dan jalan-jalan koleksi dilakukan secara manual dan kimia seperti yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan.  Sedangkan penanggulangan hama dan penyakit dapat dilakukan secara terpadu baik manual maupun kimia atau biologis. 
6.     Pemanenan
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan  memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
a.     Kriteria matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan.
b.     Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
c.     Masa Panen
Pemanenan terhadap Tandan buah segar (TBS) dilakukan pada tahun keempat (umur empat tahun) setelah penanaman atau pada tahun 2016.
d.     Persiapan Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan
A.   Pengolahan Pasca Panen
Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang diperoleh dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah pentingnya adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan. Buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1.     Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
§   Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan free fatty acid
§   Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
§   Mempermudah perontokan buah
§   Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi
2.    Perontokan Buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya dengan menggunakan mesin thresher. Tandan kosong disalurkan ke tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.
3.    Pelumatan Buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90 oC. Tujuan dari pelumatan buah adalah :
§   Menurunkan kekentalan minyak
§   Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah
§   Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4.    Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)
Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95 oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5.    Pemurnian (klarifikasi minyak)
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air sekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian ini sekitar 21%.
Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
  1. Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
  1. Sentrifusi minyak
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
  1. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan –75 cmHg.
  1. Pemurnian minyak di dalam tangki lumpur
Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
  1. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus.
  1. Pre Cleaner
Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
  1. Sentrifusi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
  1. Sentrifusi Pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.
  1. Pengeringan minyak
Dalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.
6.    Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.
7.    Pengeringan Dan Pemisahan Inti Sawit Dari Cangkang
Setelah dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu 56 oC selama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator. Setelah terpisah dari tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya inti dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90 oC
B.    Konservasi Tanah
Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam tidak terlepas dari munculnya resiko perubahan ekosistem yang akan mengakibatkan dampak yang bersifat negatif, oleh karena itu maka kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seyogyanya harus berwawasan lingkungan, disamping mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi.  Disamping beberapa keuntungan dari segi ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, usaha pengelolaan perkebunan kelapa sawit pun dapat mendatangkan dampak negatif terhadap lingkungan, oleh karena itu PT. WAILOLA AGRO MANISE sedini mungkin akan mendeteksi dampak negatif yang akan muncul dan berupaya untuk mengatasinya melalui upaya-upaya antara lain pengaturan lokasi pabrik yang aman dari pemukiman penduduk, pemilihan jenis mesin yang sesuai dan efisien serta penanganan limbah sebelum dilakukan pembuangan.  Adapun beberapa aspek yang akan diterapkan dalam  rangka pembangunan perkebunan dengan memperhatikan prinsip dan kriteria produksi CPO yang berkelanjutan disajikan pada Tabel IV-13 di bawah ini.
Tabel IV-2.              Prinsip dan Kriteria Produksi CPO yang Berkelanjutan
No
Aspek
Kriteria
1
Komitmen terhadap transparasi
·   Perkebunan dan pabrik kelapa sawit memberikan informasi yang cukup kepada para pemengku kepentingan (stake holders) mengenai masalah legal, sosial, dan lingkungan yang relevan dengan kriteria RSPO dalam bahasa dan bentuk memungkinkan partisipasi efektif dalam pembuatan keputusan.
·   Dokumen-dokumen manajemen dapat diakses publik, kecuali yang bersifat rahasia dengan atau sesuatu yang menyebabkan kerawanan sosial.

2
Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
·    Mentaati seluruh peraturan dan hukum lokal, nasional dan internasional yang telah diratifikasi.
·   Memiliki hak penggunaan lahan dan tidak ditentang legitimasinya oleh masyarakat setempat yang menunjukan hak-haknya.
·   Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak serta-merta menghapuskan hak-hak yang telah ada sebelumnya atau hak ulayat dari penggunan lain.

3
Komitmen mencapai sasaran ekonomi jangka panjang dan viabilitas keuangan
·   Mengimplementasikan rencana manajemen yang bertujuan untuk mencapai sasaran ekonomi jangka panjang dan viabilitas keuangan
4
Penggunaan praktek kerja terbaik di kebun dan pabrik
·   Prosedur operasional didokumentasikan dengan baik secara konsisten, dan selalu dilakukan monitoring terhadap pelaksanaannya
·   Meminimalisasi dan mengendalikan erosi yang dapat menurunkan mutu tanah
·   Mengendalikan hama, penyakit dan gulma
·   Keselamatan dan perencanaan kesehatan kerja

5
Tanggung jawab terhadap lingkungan dan pelestarian sumber daya alam dan keanekaragaman hayati
·   Efisiensi penggunaan energi dan maksimalkan penggunaan energi yang dapat diperbaharui 
·   Rencana untuk mengurangi polusi dan emisi termasuk gas rumah kaca
·   Melindungi species yang langka dan bernilai tinggi serta habitatnya dari usaha pengembangan produksi perkebunan sawit

6
Pertanggungan jawab terhadap karyawan dan komunitas yang terpengaruh oleh keberadaan kebun dan pabrik
·   Perusahaan tidak boleh melakukan diskriminasi berdasarkan suku, kasta, kebangsaan, agama, cacat fisik, gender, dll
·   Mencegah pelecehan seksual, kekerasan dan melindungi hak-hak pekerja
·   Berkontribusi dalam pengembangan daerah yang berkelanjutan
·   Tidak boleh memperkerjakan karyawan di bawah umur

7
Tanggung jawab dalam pengembangan kebun baru
·   Amdal yang komprehensif dan partisipatif harus dilakukan sebelum membuka kebun baru
·   Survei lahan dan informasi topografi digunakan untuk perencanaan tapak guna pembukaan kebun baru yang dituangkan dalam bentuk perencanaan dan operasional
·   Penduduk sekitar diberi ganti rugi untuk setiap pengambila alihan lahan dan hak-hak yang dilakukan secara sukarela melalui kesepakatan negosiasi

8
Komitmen untuk melaksanakan peningkatan aktivitas utama yang terus menerus
·   Memantau dan mengkaji ulang aktivitas perkebunan serta menerapkan rencana tindakan yang dapat menunjukan peningkatan aktivitas utama yang terus menerus

Download PDF

1 comment:

Visitor

Followers