1.
Syarat Tumbuh
§ Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata
sepanjang tahun.
§ Suhu optimal 26°C.
§ Kelembaban rata-rata 75 %.
§ Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur,
aerasidan draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas.
§ pH tanah antara 5,5 - 7,0.
2.
Pembibitan
Pembibitan adalah awal mula benih ditanam di Pembibitan
sebelum berproduksi di lapangan. Untuk mendapatkan tanaman dengan produksi yang
baik dan masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yang lebih singkat maka
pengelolaan Pembibitan perlu dipersiapkan dengan cermat dan dirawat dengan
baik.
Pengadaan bibit sawit dapat dilakukan dengan cara
pembibitan pada kantong plastik atau dengan cara putaran/cabutan. Pembibitan
dengan cara kantong plastik sangat praktis pada waktu pemindahan.
Pada bibit yang segar pemotongan akar dapat dilakukan 4
minggu sebelum ditanam dan bibit dapat diputar.
Bibit putaran sebaiknya dibungkus dengan daun pisang kering atau daun
kelapa untuk mencegah pecahnya tanah pembungkus dan untuk memudahkan
pengangkutan.
Tinggi bibit yang baik untuk ditanam adalah 70 – 180 cm
dengan umur 12 – 14 bulan. Bibit yang tingginya kurang dari 70 cm akan
mengurangi produksi, dan bila lebih dari 180 cm produksi tidak lebih baik dari
70 – 180 cm. Sedangkan bibit yang berumur kurang dari 6 bulan tidak tahan
terhadap hama penyakit dan bila lebih dari 14 bulan maka akan memakan biaya
tanam lebih besar dan waktu tanam yang lebih lama.
Luas areal penyiapan lahan kelapa sawit setiap tahun
selama masa pembangunan rata-rata seluas 1.000 - 1.400 ha/thn.
a. Seleksi
Lokasi Pembibitan
Lokasi harus memenuhi persyaratan antara lain :
§ Datar sampai agak bergelombang, dekat sumber air permanen
dan bebas dari banjir.
§ Terdapat cukup top-soil untuk mengisi polybag dan tidak
terlindung pohon-pohon besar di sekitarnya.
§ Berlokasi sedapat mungkin di tengah blok pengembangan
guna menghemat biaya transportasi bibit
ke areal penanaman.
b. Produksi
Bibit Polybag
Beberapa hal yang diperhatikan dalam memperhitungkan
jumlah kecambah yang dibutuhkan di pembibitan antara lain :
§ 1 (satu) ha lahan penanaman memerlukan 139 bibit siap tanam,
yaitu 136 bibit untuk penanaman dan 3 bibit untuk sisipan.
§ Daya tampung 1 (satu) ha main-nursery adalah 16.000 bibit
dan mampu menghasilkan bibit siap tanam 12.000 bibit.
§ Rata-rata kebutuhan bibit
§ untuk areal tanaman seluas 1.000 – 1.400 ha/tahun adalah
sebanyak 136.000 – 190.400 bibit.
Kegiatan tanaman di main-nursery perlu dilakukan secara
hati-hati, terutama pada hari hujan perlu dihindari kelebihan maupun kekurangan
air.
Untuk dapat memberantas hama dan penyakit dengan tepat
waktu, ketersediaan obat-obatan seperti Sevin atau diphterex, Dithane, Captan
dan Decis perlu tersedia di gudang pembibitan.
Seleksi dan culling (membuang)
bibit-bibit yang menyimpang perlu dilakukan terus-menerus dan dikerjakan dengan
hati-hati. Hal ini perlu dilakukan guna mengurangi “transplating shock” pada
saat penanaman lapangan dapat dilaksanakan dengan mengangkat dan memutar 180° bibit polybag di main-nursery 4 minggu menjelang
penanaman lapangan. Bibit polybag harus
diberi air siraman cukup pada hari pertama.
Bibit polybag siap tanam pada umur 9 bulan dan penaman
polybag siap tanam pada umur 9 bulan dan penanaman perlu diusahakan agar umur
bibit tidak melewati 11 bulan.
3.
Penyiapan lahan (Land
Clearing)
Land clearing dilakukan pada lahan perkebunan, dengan
memperhatikan peraturan yang berlaku, seperti tidak menebang land clearing pada
sungai besar (100 m di tepi kanan dan kiri sungai yang memiliki lebar sungai
> 50 m), sungai kecil (50 m di tepi kanan dan kiri sungai yang memiliki
lebar sungai < 50 m), cagar budaya,
daerah mata air (radius 200 m) dan sebagainya.
Kegiatan pembukaan lahan semi mekanis dilakukan untuk
pekerjaan imas dan pencacahan cabang dan ranting dilakukan dengan memakai
tenaga mekanis (alat berat). Adapun
tahap-tahap pembukaan lahan adalah sebagai berikut :
a. Tahap I
Tiga bulan sebelum pembukaan hutan dilakukan pembuatan
rintisan disertai pengukuran dan bloking dan disusul dengan pembuatan jalan
utama dan jalan blok. Pembagian tersebut sangat berguna untuk menentukan
penebangan hutan dan pengawasan pekerjaan. Pelaksanaan pembukaan hutan harus
atau sebaliknya dilakukan pada musim kering.
b. Tahap II
Setelah jalan blok selesai diukur dan dibuat, maka
langkah selanjutnya pengimasan untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. Pohon-pohon kayu yang berdiameter lebih kecil
dari 10 cm ditebas, sedangkan yang berdiameter lebih besar dari 10 cm ditebang
dengan kapak atau gergaji rantai bermesin (chain saw).
c.
Tahap III
Setelah imas selesai selanjutnya dilakukan pekerjaan
penebangan. Pekerjaan ini dilakukan dengan chain saw, tetapi untuk dapat
mempercepat pekerjaan penumbangan dapat dilakukan dengan memakai alat-alat
berat (buldozer), baru kemudian batang primer dipotong dengan chain saw. Adapun tinggi penebangan pohon adalah sebagai
berikut :
§ Diameter 10 cm, dipotong rata dengan permukaan tanah
§ Diameter 11-20 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 30
cm
§ Diameter 21-30 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 60
cm
§ Diameter 31-75 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 90
cm
§ Diameter 76-150 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum
150 cm.
Setelah selesai penumbangan batang, maka dahan dan
ranting dipotong dengan panjang maksimum 5 m, kemudian dirumpuk menurut barisan
yang teratur. Kayu gelondongan yang berguna bisa dimanfaatkan untuk beberapa
kepentingan seperti pembuatan gorong-gorong, bahan baku perumahan karyawan dan
sebagainya.
d. Tahap IV
Sisa gelondongan kayu yang tidak terpakai selanjutnya
dirumpuk dan diatur memanjang dari Utara ke Selatan agar mudah dikontrol. Jarak
antar rumpukan antara 32 – 33 meter atau antara 15 – 16 meter, sehingga dalam
satu hektar akan diperoleh 3 – 6 rumpukan. Diharapkan rumpukan kering dapat
dirambati LCC dan tinggi rumpukan tidak lebih dari 100 cm.
e.
Tahap V
Tahap akhir dari penyiapan lahan adalah penghancuran
sisa-sisa cabang dan ranting dengan memakai traktor yang dilengkapi dengan garu
dan rotary blade, apabila tidak mungkin dengan traktor dapat mempergunakan
dozer atau exavator, sedangkan sisa kayu yang tidak dapat hancur dirumpuk.
f.
Terras
Sebagai usaha konservasi tanah pada lahan yang memiliki
derajat kemiringan lebih dari 30 persen, dibuat terras tapak kuda pada tempat
penanaman kelapa sawit.
g. Penanaman Cover Crop
Penutup tanah kacangan (LLC) ditanam dengan intensitas 4
kg bibit untuk jenis Peureria javanica, 4 kg untuk jenis Callopogonium
muconoides 2 kg untuk jenis Centrocema pubens per Ha. Menjelang ditanam bibit
kacangan perlu dicampur dengan “rhizobium culture” 10 gram per 10 kg bibit guna
menjamin pertumbuhannya.
Sebanyak 14 kg per Ha pupuk rock phosphate (Rp)
diperlukan pada saat penanaman bibit LCC dan 6 bulan setelah penanaman
diberikan lagi 128 kg Rp dengan cara ditebar, kemudian guna lebih mempercepat
pertumbuhan LCC, 40 kg per Ha pupuk CF 15.15.6.4 diberikan setelah 3 bulan
penanaman.
Diperlukan penyiangan selektif dengan waktu 10 hari sampai
2 minggu yang kemudian dapat diperpanjang sampai 4 – 8 minggu. Pembasmian alang-alang perlu dikerjakan
dengan jangka waktu 2 minggu setelah tahun ke 2 setiap bulan.
4.
Penanaman
Pelaksanaan kegiatan penanaman erat kaitannya dengan
ketersediaan air tanah, sehingga kegiatan pada awal musim hujan merupakan waktu
yang paling baik. Penanaman pada musim
kemarau akan memakan biaya penyediaan air dan rendahnya kadar air akan
menyebabkan kematian tanaman. Waktu
penanaman yang baik adalah 10 hari sebelum musim hujan.
Penanaman lapangan disarankan antara bulan September s/d
Juni. Susunan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman dan selanjutnya
akan menentukan produksi tanaman kelapa
sawit. Jenis – jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : (a) Pembuatan
larikan tanaman atau penempatan pancang, atau ajir tanam, (b). Penanaman
tanaman penutup tanah kacangan, dan (c).
Penanaman Kelapa sawit.
a.
Pengajiran
Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan)
tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan
ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat – tempat yang akan
ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga
terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu
tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama
luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh
dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda.
Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah
segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama
sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap
tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon.
Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m
dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar.
Untuk mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan
oleh pekerja yang terlatih.
b.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan
lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga
terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan
pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang
yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak
dianjurkan.
Jarak tanam yang
digunakan untuk kebun arah Utara-Selatan 8 m dan arah Barat-Timur 9,2 m.
Pembuatan lubang tanam dilakukan 2-3 bulan sebelum penanaman. Ukuran lubang
tanam ditentukan oleh umur bibit yang akan ditanam, terutama pertumbuhan akar
dan tekstur tanah kebun yang akan ditanami.
Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran
60 cm x 60 cm x 60 cm, atau 60 x 60 x 40 cm, ada juga yang hanya berukuran 50
cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah utara dan
tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan
bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah – tengah
lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat
teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m
dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya
dibuat teras – teras terlebih dahulu, baik teras individual maupun teras
kolektif.
c.
Menanam
Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan
bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di
setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan
areal yang sudah ditanami.
5.
Pemeliharaan
Rencana kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu meliputi
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM).
a.
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan pada pemeliharaan tanaman belum menghasilkan
(TBM) meliputi :
§ Penyulaman atau Penyisipan
Penyulaman (penyisipan) tanaman kelapa sawit yang mati
diganti dengan tanaman baru, demikian pula dilakukan pada tanaman yang kurang
baik pertumbuhannya. Penyulaman tanaman yang kurang baik pertumbuhannya
dilakukan 3 bulan sampai dengan 15 bulan setelah ditanam.
§ Pemupukan
Pemupukan
pada tanaman belum menghasilkan berguna untuk meningkatkan kandungan unsur hara
yang terterdapat di dalam tanah. Dosis pemupukan yang dilakukan selama tanaman
kelapa sawit belum menghasilkan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel IV-7 Adapun
waktu pemupukan dilakukan pada awal musim penghujan dan biasanya dilakukan dua
kali dalam satu tahunnya.
Tabel IV-1. Dosis Pupuk Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)
Tahun
|
Umur Tanaman
(Bulan)
|
Dosis
(gr/thn)
|
||||
NPK
Compound
15 : 15 : 6 : 4
|
NPK
Compound
12 : 12 : 17
: 2
|
MOP/KCL
|
TSP
|
HGFB
|
||
1
|
1
|
250
|
-
|
-
|
300
|
-
|
5
|
500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
10
|
800
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
15
|
-
|
1.100
|
-
|
-
|
60
|
20
|
-
|
1.200
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
20
|
-
|
1.300
|
600
|
-
|
60
|
30
|
-
|
1.400
|
1.000
|
-
|
-
|
§ Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Hama
yang sering menyerang perkebunan kelapa sawit adalah serangan kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros), Apogonia sp. Belalang (Valanga nigricornis), Ulat Api,
serta hama utama adalah babi hutan dilakukan dengan pagar jerat kawat dan
menggunakan patok tunggal, yaitu dengan cara menancapkan potongan kayu bulat
sepanjang ± 1 m mengitari pokok tanaman kelapa sawit. Kebutuhan
setiap pokok tanaman kelapa sawit anatara 12 sampai 16 potongan kayu
bulat. Serangan hama yang berupa ulat
api atau ulat kantong yang sering menyerang daun kelapa sawit dibasmi secara
kimia yaitu dengan menggunakan insektisida dengan konsentrasi 0,1 – 0,2%. Untuk hama belalang dapat diatasi dengan
insektisida jenis Anthio dengan dosis 0,1 liter per ha. Namun penyemprotan
dengan insektisida dilakukan apabila populasi hama sudah tinggi atau digunakan
bila cara-cara lain tidak dapat dilakukan.
Pengendalian
gulma merupakan upaya membersihkan tanaman pengganggu baik berupa tanaman
rumput maupun tanaman berkayu. Pemberantasan gulma terutama dilakukan pada
piringan tanaman. Selain dilakukan
secara manual dengan cangkul, dilakukan pula secara kimia dengan pemberian
herbisida dosis 1-2 liter/ha/6
bulan. Untuk tanaman jenis pakis
digunakan herbisida dengan dosis 1 gr bahan aktif/600 liter air/ha dengan
frekuensi 3-6 bulan sekali.
Penanggulangan
hama dan penyakit yang sangat dianjurkan adalah melalui konsep Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995
tentang perlindungan tanaman yang dilakukan melalui PHT. Penerapan PHT ini pada
prinsipnya melakukan tindakan sistem pengamatan dini ‘Early Warning System’.
Informasi yang diperoleh dari sistem peringatan dini adalah menetapkan tindakan
pemberantasan pada saat yang paling tepat, namun sebelum diupayakan melalui
pencegahan.
Tindakan
pemberantasan/pencegahan dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
Ø Cara Eradikasi
Beberapa
usaha yang dapat dilakukan seperti pengumpulan ulat daun, pembongkaran tanaman
rusak atau pemotongan bagian daun yang sakit, mengumpulkan dan membakarnya.
Membunuh juga pembersihan kebun dan lingkungannya untuk mengendalikan tanaman
dari hama maupun penyakit.
Ø Cara Biologis
Dengan
menggunakan binatang/organisme predator sebagai musuh alami dari hama. Seperti
burung hantu sebagai pengendali populasi tikus, karena burung hantu dapat memangsa
5 ekor tikus dalam satu malam. Untuk mengontrol setiap 500 ha cukup dipelihara
sepasang burung hantu.
Ø Cara Kimiawi
Usaha
pemberantasan dengan cara chemis yaiu mempergunakan insektisida, fungisida,
bakterisida, nematisida dan sebagainya dilakukan apabila cara-cara pencegahan
lain sudah tidak bisa dilakukan lagi. Namun dalam pelaksanaannya perlu
kehati-hatian dalam penggunaan bahan kimia agar tidak ada efek sampingan, baik
kepada manusia maupun kepada lingkungan.
Penyakit
tanaman kelapa sawit yang sering menyerang adalah penyakit Crown disease, spear
rot, busuk tandan (Maramsmius palmivorus) dan busuk pangkal batang (Ganoderma
boninensis). Cara memberantasnya dengan menggunakan fungisida. Sedangkan
penyakit Crown desease terutama menyerang pada areal yang baru tanam yang
diakibatkan penyesuaian tanaman dengan lingkungan lapang. Penyakit fisiologis
ini akan hilang apabila tanaman sudah menginjak umur satu sampai dua tahun.
Pengendalian dilakukan melalui pemupukan berimbang.
§ Pemangkasan pelepah tua
Pemangkasan
pelepah tua dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan panen, mengurangi
perintangan penyerbukan, merangsang pertumbuhan tandan buah, mempermudah
penyinaran dan sirkulasi udara serta mempermudah distribusi harake bagian yang
produktif. Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang mulai berbunga sebagai
pemangkasan pendahuluan, selanjutnya dilakukan periodik apabila tandan masak di
bagian bawah ≥ 65 cm dari permukaan tanah. Rotasi pemangkasan dilakukan setiap
6 bulan sekali dengan alat dodos.
§ Pemeliharaan piringan dan jalan panen
Seringkali piringan tempat pupuk disebarkan, dipenuhi
oleh gulma dan cover crops. Untuk itu perlu pemeliharaan dan pembersihan secara
berkala dengan tenaga manual.
§ Kastrasi
Kastrasi
dilakukan pada tanaman kelapa sawit muda yang baru berbunga, terutama pada
tanaman yang telah berumur 1 bulan sampai 23 bulan. Kastrasi dilakukan pada
semua bunga pertama, hal ini dilakukan untuk memperpanjang masa vegetatif. Cara
yang digunakan adalah dengan memotong semua bunga dengan alat dodos.
b.
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Pada prinsipnya pemeliharaan tanaman menghasilkan tidak
jauh berbeda dengan pemeliharaan TBM. Penekanan pemeliharaan ditujukan pada
sistem pemupukan, penanggulangan gulma, dan penyakit serta pemeliharaan jalan
dan saluran drainase/parit.
§ Pemupukan
Pemupukan
yang dilakukan pada tanaman menghasilkan disesuaikan dengan kondisi wilayah dan
rekomendasi setempat serta berdasarkan hasil penelitian. Pedoman pemupukan pada
tanaman kelapa sawit untuk tanaman menghasilkan yaitu sebagai berikut :
Ø Urea :
1 kg/pokok/tahun
Ø NPK 12 : 12 : 17 : 2 :
1 kg/pokok/tahun
Ø HGF Borate : 0,05 kg/pokok/tahun
Ø SP36 :
1 kg/pokok/tahun
§ Penanggulangan Gulma, Hama Dan Penyakit
Penanggulangan
gulma pada piringan dan jalan-jalan koleksi dilakukan secara manual dan kimia
seperti yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan. Sedangkan penanggulangan hama dan penyakit
dapat dilakukan secara terpadu baik manual maupun kimia atau biologis.
6.
Pemanenan
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah
setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah
penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan
warna kulitnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat
buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu
matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah
yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen
yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan
sistem panen serta mutu panen.
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta
ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara
panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
a.
Kriteria matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat
membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen
ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas
atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang
banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan
umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara
praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS)
terdapat dua brondolan.
b.
Cara panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum
dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya
2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan
ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam.
Cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan
menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya
pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di
tengah gawangan.
c.
Masa Panen
Pemanenan terhadap Tandan buah segar (TBS) dilakukan pada
tahun keempat (umur empat tahun) setelah penanaman atau pada tahun 2016.
d.
Persiapan Panen
Untuk menghadapi masa panen dan agar proses dapat
berjalan dengan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan
jalan untuk pengangkutan hasil harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan
peralatan yang akan digunakan
A.
Pengolahan Pasca Panen
Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit
adalah minyak sawit yang diperoleh dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil
lain yang tidak kalah pentingnya adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga
diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan. Buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan. Buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen. Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
1.
Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya
direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130
oC selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
§
Menonaktifkan enzim Lipase yang
dapat menstimulir pembentukan free fatty acid
§
Membekukan protein globulin sehingga
minyak mudah dipisahkan dari air
§
Mempermudah perontokan buah
§
Melunakkan buah sehingga mudah
diekstraksi
2.
Perontokan Buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan
dari tandannya dengan menggunakan mesin thresher. Tandan kosong disalurkan ke
tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik. Sedangkan buah
yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan. Selama proses perontokan
buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.
3.
Pelumatan Buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong
dan mencacah buah di dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar.
Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90 oC. Tujuan dari pelumatan buah adalah
:
§ Menurunkan
kekentalan minyak
§ Membebaskan
sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah
§ Menghancurkan
dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4.
Pengempaan (ekstraksi
minyak sawit)
Proses pengempaan bertujuan untuk membantu
mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam
ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan
pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95 oC. Selain itu proses ekstraksi
minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan
tekanan hidrolis.
5.
Pemurnian (klarifikasi
minyak)
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari
mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung,
serabut dan air sekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak
kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian
ini sekitar 21%.
Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri
dari beberapa tahapan, yaitu:
- Pemurnian
minyak di dalam tangki pemisah (clarification
tank)
Prinsip dari proses pemurnian minyak
di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis
bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
- Sentrifusi
minyak
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran
yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak
dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
- Pengeringan
hampa
Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%.
Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan –75
cmHg.
- Pemurnian
minyak di dalam tangki lumpur
Proses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk
memisahkan minyak dari lumpur.
- Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah
halus.
- Pre
Cleaner
Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir
halus dari slude.
- Sentrifusi
lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan
kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan
berat jenis masing-masing bahan.
- Sentrifusi
Pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya
putaran sentrifusi lebih cepat.
- Pengeringan
minyak
Dalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung
di dalam minyak diturunkan. Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan
suhu 95 oC.
6.
Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas buah yang masih mengandung serabut dan
biji diaduk dan dipanaskan sampai keduanya terpisah. Selanjutnya dilakukan
pemisahan secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan
biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah
agar biji bersih dan seragam.
7.
Pengeringan Dan Pemisahan Inti Sawit Dari Cangkang
Setelah dipisahkan dari serabut selanjutnya
biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu 56 oC selama 12-16 jam. Kadar air
biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit
menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari
tempurungnya digunakan alat hydrocyclone separator. Setelah terpisah dari
tempurungnya inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya
inti dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan
dilakukan dalam suhu di atas 90 oC
B.
Konservasi
Tanah
Kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit
yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam tidak
terlepas dari munculnya resiko perubahan ekosistem yang akan mengakibatkan
dampak yang bersifat negatif, oleh karena itu maka kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan seyogyanya harus berwawasan lingkungan, disamping mendatangkan
keuntungan dari segi ekonomi. Disamping
beberapa keuntungan dari segi ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat,
usaha pengelolaan perkebunan kelapa sawit pun dapat mendatangkan dampak negatif
terhadap lingkungan, oleh karena itu PT. WAILOLA AGRO MANISE sedini mungkin
akan mendeteksi dampak negatif yang akan muncul dan berupaya untuk mengatasinya
melalui upaya-upaya antara lain pengaturan lokasi pabrik yang aman dari
pemukiman penduduk, pemilihan jenis mesin yang sesuai dan efisien serta
penanganan limbah sebelum dilakukan pembuangan.
Adapun beberapa aspek yang akan diterapkan dalam rangka pembangunan perkebunan dengan
memperhatikan prinsip dan kriteria produksi CPO yang berkelanjutan disajikan
pada Tabel IV-13 di bawah ini.
Tabel IV-2.
Prinsip dan Kriteria Produksi CPO yang Berkelanjutan
No
|
Aspek
|
Kriteria
|
1
|
Komitmen terhadap transparasi
|
·
Perkebunan
dan pabrik kelapa sawit memberikan informasi yang cukup kepada para pemengku
kepentingan (stake holders) mengenai masalah legal, sosial, dan lingkungan yang
relevan dengan kriteria RSPO dalam bahasa dan bentuk memungkinkan partisipasi
efektif dalam pembuatan keputusan.
·
Dokumen-dokumen
manajemen dapat diakses publik, kecuali yang bersifat rahasia dengan atau
sesuatu yang menyebabkan kerawanan sosial.
|
2
|
Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
|
·
Mentaati seluruh peraturan dan hukum lokal,
nasional dan internasional yang telah diratifikasi.
·
Memiliki
hak penggunaan lahan dan tidak ditentang legitimasinya oleh masyarakat
setempat yang menunjukan hak-haknya.
·
Penggunaan
lahan untuk kelapa sawit tidak serta-merta menghapuskan hak-hak yang telah
ada sebelumnya atau hak ulayat dari penggunan lain.
|
3
|
Komitmen mencapai sasaran ekonomi jangka panjang dan viabilitas keuangan
|
·
Mengimplementasikan
rencana manajemen yang bertujuan untuk mencapai sasaran ekonomi jangka
panjang dan viabilitas keuangan
|
4
|
Penggunaan praktek kerja terbaik di kebun dan pabrik
|
·
Prosedur
operasional didokumentasikan dengan baik secara konsisten, dan selalu
dilakukan monitoring terhadap pelaksanaannya
·
Meminimalisasi
dan mengendalikan erosi yang dapat menurunkan mutu tanah
·
Mengendalikan
hama, penyakit dan gulma
·
Keselamatan
dan perencanaan kesehatan kerja
|
5
|
Tanggung jawab terhadap lingkungan dan pelestarian sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati
|
·
Efisiensi
penggunaan energi dan maksimalkan penggunaan energi yang dapat
diperbaharui
·
Rencana
untuk mengurangi polusi dan emisi termasuk gas rumah kaca
·
Melindungi
species yang langka dan bernilai tinggi serta habitatnya dari usaha
pengembangan produksi perkebunan sawit
|
6
|
Pertanggungan jawab terhadap karyawan dan komunitas yang terpengaruh oleh
keberadaan kebun dan pabrik
|
·
Perusahaan
tidak boleh melakukan diskriminasi berdasarkan suku, kasta, kebangsaan,
agama, cacat fisik, gender, dll
·
Mencegah
pelecehan seksual, kekerasan dan melindungi hak-hak pekerja
·
Berkontribusi
dalam pengembangan daerah yang berkelanjutan
·
Tidak
boleh memperkerjakan karyawan di bawah umur
|
7
|
Tanggung jawab dalam pengembangan kebun baru
|
·
Amdal
yang komprehensif dan partisipatif harus dilakukan sebelum membuka kebun baru
·
Survei
lahan dan informasi topografi digunakan untuk perencanaan tapak guna
pembukaan kebun baru yang dituangkan dalam bentuk perencanaan dan operasional
·
Penduduk
sekitar diberi ganti rugi untuk setiap pengambila alihan lahan dan hak-hak
yang dilakukan secara sukarela melalui kesepakatan negosiasi
|
8
|
Komitmen untuk melaksanakan peningkatan aktivitas utama yang terus
menerus
|
·
Memantau
dan mengkaji ulang aktivitas perkebunan serta menerapkan rencana tindakan yang
dapat menunjukan peningkatan aktivitas utama yang terus menerus
|
artikelnya sangat bagus..
ReplyDelete